Tampilkan postingan dengan label perilaku balita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perilaku balita. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 September 2017

Ketika Balita Tidak Mendengarkan Orangtua

Apakah balita seringkali bersikap seolah tidak mendengar apa yang Ibu katakan? Atau, mereka sama sekali tidak merespons setiap Ibu mengatakan atau meminta sesuatu?

Yap, itulah balita-balita saya. Si Cuta dan Widya. Anak-anak yang dengan siapa blog ini bertahan dan terus berkembang. Cuta sekarang mendekati umur 5, sementara Widya gres saja berulang tahun yang ke-3. Wow, betapa cepat waktu seakan berlalu.

Oke, dengan dua balita sehat laki-laki yang sedang aktif-aktifnya, mungkin Ibu bisa membayangkan bagaimana kondisi di rumah. Anak-anak yang berlarian, berteriak, berebut mainan, bertengkar dan juga tidak mendengar apa pun juga. Jangankan merespons dikala saya meminta ‘Adek, rapikan mainan!”, bahkan dikala saya memanggil “Adek, jangan lari!” pun mereka melengos begitu saja.

Namun, saya menganggap itulah mereka dengan perkembangan balita mereka. Anak-anak yang bahkan hingga harus dipanggil sepuluh kali hingga saya lelah sendiri. jadi alih-alih menunggu mereka merapikan mainan, balasannya saya yang melakukannya alasannya yaitu itu lebih menghemat energi.

Tapi sebenarnya, apakah ini wajar?
Nah, menyerupai biasa. Saya akan membicarakan hal ini berdasarkan sebuah sumber. Kali ini saya ambil dari laman perilaku balita di newkidscenter.com. Selain untuk sharing, ini juga untuk pembelajaran pribadi. Karena saya merasa masih amat sangat kurang dalam memahami kenapa si krucil-krucil sama sekali tidak merespons dikala saya memanggil.

Balita kadang kala tidak akan mendengarkan orang bau tanah mereka alasannya yaitu ketidakmampuan mereka untuk memperhatikan. Jika Ibu terus mengulangi perintah sepuluh kali ke anak maka sang anak bisa membuatkan kebiasaan tidak mendengarkan Ibu hingga Ibu setidaknya mengatakan perintah sepuluh kali lebih.

Sikap mereka yang seolah tidak mendengar juga mungkin berarti sedang mencari perhatian. Namun, kalau Ibu terus mengomel, maka si balita tidak akan tidak akan bisa meningkatkan keterampilan mendengarkan; sebaliknya, hal itu mungkin  mereka kesulitan untuk mendengarkan guru dan teman-teman.
Nah, mengapa balita kadang tidak mendengarkan orangtua mereka?

Salah satu alasannya yaitu mereka mungkin kurang bisa memahami setengah dari kata-kata yang diucapkan kepada mereka. Oleh alasannya yaitu itu, kalau anak tidak akan mendengarkan, kadang kala itu memang merupakan bab dari proses  Anda kadang-kadang, itu yaitu pengembangan alami mereka dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, kalau mereka tidak pernah mendengarkan  Ibu, mungkin merupakan menandakan sebuah masalah sehingga Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter anak.
Beberapa masalah tersebut di antaranya:

Keterlambatan perkembangan balita terutama dalam kemampuan kognitif dan Lisan
Pada umur dua tahun, seorang balita sehat biasanya sudah bisa memahami perintah yang diberikan pada mereka. Namun, belum dewasa dengan keterlambatan kognitif atau mulut mungkin bisa mendengar perintah tapi tidak menafsirkannya. Jika anak Ibu belum bisa mengikuti perintah kecil di usianya yang dua tahun itu, maka berkonsultasi dengan dokter anak.

Tantangan
Anak keras kepala biasanya menggunakan telinga selektif sebagai cara pembangkangan. Anak-anak mungkin hanya tidak ingin mendengarkan beberapa perintah Ibu dan mulai mengabaikan. Meskipun pada kenyataannya mereka memahami mereka dengan sempurna.

Gangguan Spektrum Autisme
Anak-anak yang menderita gangguan autisme spektrum mungkin juga tampak tuli terhadap perintah orangtua mereka. Jika anak menunjukkan tanda-tanda ini, cara terbaik yaitu konsultasi ke dokter

Penurunan Pendengaran
Anak-anak yang lahir tuli atau yang telah menderita beberapa jenis stress berat setelah lahir mungkin kehilangan kemampuan mereka untuk mendengar. Salah satu cirinya yaitu anak yang tidak menanggapi bunyi atau bunyi dalam beberapa bulan pertama mereka.

Gangguan Pengolahan Sensorik
Anak-anak yang menderita gangguan pengolahan sensorik dapat mendengarkan bunyi orang tua, tetapi mereka tidak dapat memahaminya alasannya yaitu otak mereka tidak bisa memproses nada atau bunyi yang dibuat dengan cara yang normal. Gangguan ini membuat anak tidak bisa merespon orangtua atau mengambil bab dalam komunikasi.

Lalu bagaimana cara menanganinya?


Dari laman yang sama, saya mendapat beberapa cara. Yaitu:

Baca Buku untuk Balita
Membacakan mereka buku bisa meningkatkan kemampuan anak untuk mendengarkan. Cobalah membaca dengan keras dan juga mengubah intonasi bunyi sehingga anak tidak kehilangan minat. Belilah buku gres dalam jangka waktu berkala, sehingga anak tidak bosan dan mereka akan terus mendengarkan dengan penuh minat demi mengetahui apa yang terjadi selanjutnya dalam cerita.

Catatan penulis: bab ini suer, benar banget. Anak-anak saya selalu suka setiap dibacakan buku cerita. Bahkan, mereka selalu meminta.

Turunkan Volume Suara dikala memberi mereka perintah
Memberi perintah sambil berteriak dan bangkit akan menakuti ia dan ia tidak akan mendengar apa yang Ibu katakan. Oleh alasannya yaitu itu, yaitu inspirasi yang baik untuk menurunkan volume bunyi dikala memberi anak perintah. Dengan cara ini, ia akan mendengarkan Anda dan bertindak atasnya juga.

Catatan penulis: Hmm... bab ini sepertinya agak... yah, begitulah. Anak-anak, tetap ga dengar

Berbagi dengan Balita
Makan bersama dengan seluruh keluarga yaitu cara yang mengagumkan untuk membuat anak mendengarkan. Ketika semua anggota keluarga berkumpul di satu meja dan makan makanan mereka bersama-sama, mereka akan berinteraksi satu sama lain dan anak akan menerima kesempatan untuk mendengar dan juga terlibat dengan mereka.

Nyatakan Pesan dengan Jelas

Anak-anak memiliki rentang perhatian yang sangat kecil, sehingga Ibu janganlah mengobrol perihal sesuatu sebelum menunjukkan perintah kepada anak. Sebaliknya, cobalah untuk menunjukkan perintah dalam kata-kata kecil dan tepat, sehingga anak dapat dengan mudah mendengarkan dan memahami.

Beri Contoh
Jika Ibu menunjukkan anak perintah tapi si anak tidak mendengarkan, tindak lanjuti perintah itu sesegera mungkin dengan menunjukkan anak apa yang Ibu ingin ia lakukan. Misalnya, dikala Ibu menyuruh mereka merapikan mainan dan mereka tidak mendengar, maka Ibu rapikan mainan itu dengan cepat sehingga bisa melihat. Kalau perlu ajak mereka turut serta.

Memperkuat Pesan 
Setelah menunjukkan perintah kepada anak, cobalah untuk memperkuat perintah itu dengan gerakan fisik. Misalnya, kalau Ibu ingin ia pergi ke kawasan tidur maka matikan lampu, sentuh bahunya dan katakan bahwa sudah waktunya bagi ia untuk pergi tidur.

Berikan Peringatan pada Balita

Berikan anak peringatan dikala sebuah perubahan terjadi secara tiba-tiba. Misalnya, kalau Ibu akan keluar dengan dia, katakan padanya bahwa ia harus meninggalkan acara dan menemani  Ibu. Peringatan ini harus diberikan dengan segera alasannya yaitu anak sama sekali belum bisa melacak dan menghitung waktu.

Berikan Balita Instruksi yang Realistis

Jangan meminta anak untuk melaksanakan semua pekerjaan sekaligus. Misalnya, dikala meminta ia untuk membersihkan kamarnya, katakan padanya pertama untuk merapikan buku-bukunya. Setelah ia selesai dengan buku, gres minta ia merapikan mainan dan lainnya. Dengan cara ini, balita akan melaksanakan hal-hal yang Ibu minta.

Memotivasi Balita Ibu
Memberi perintah dengan berteriak hanya akan menakuti anak.  Cobalah untuk mengatakan sesuatu yang positif pada selesai perintah Ibu. hal ini bertujuan untuk mendorong dan memotivasi anak untuk melaksanakan apa yang Ibu katakan.

Memberi Contoh Baik untuk Balita
Memberi pola yang baik bagi anak  dengan mendengarkan anak dikala mereka berbicara akan membuat mereka mendengarkan Ibu. Karena dikala ia melihat Ibu memperhatikan apa yang ia katakan, ia juga akan mulai memperhatikan apa yang Ibu katakan padanya.

Tips sederhana ya sebenarnya, Bu. Hanya saja, menyerupai saya, kadang melaksanakannya sulit alasannya yaitu kita memandang duduk perkara dari sudut pandang orang dewasa. Kita, tanpa sadar menganggap mereka orang dewasa, yang seharusnya sudah menyahut dengan dua tiga kali panggilan. Kita lupa, bahwa dunia anak dan dunia orang remaja itu berbeda.



Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Permainan Edukatif untuk Balita yang Tidak Mau Mendengarkan

Ada beberapa jenis permainan yang bisa membantu kemampuan mendengarkan untuk balita cerdas Ibu. Ibu bisa memainkannya di rumah sesering mungkin.

Seperti yang dilansir di laman newkidscenter.com, beberapa jenis permainan edukatif itu di antaranya:

Permainan dengan boneka

Ambil sebuah boneka dan gunakan itu untuk menarik perhatian anak. Setelahnya, lewat boneka itu, minta anak untuk melaksanakan sesuatu untuk Ibu, semisalnya bertepuk tangan dan mengambil mainannya dari lantai.

Bagaimana permainan ini bisa membantu?
Balita akan melihat boneka sebagai teman, dengan demikian akan mengikuti perintah boneka yang Ibu mainkan itu. Balita sehat Ibu tidak akan berpikir bahwa yang memberi perintah itu ialah Ibu.

Permainan Berburu Harta Karun
Sembunyikan  mainan dan katakan pada anak bahwa Ibu memiliki harta karun yang harus ditemukan. Berikan petunjuk bagaimana anak bisa menerima harta karun itu.

Bagaimana permainan ini bisa membantu?
Anak akan mendengarkan perintah Ibu sebab ia tertarik untuk mencari harta karun. Hal ini juga akan membantu dalam meningkatkan kemampuan memori balita cerdas sehat Ibu.

Permainan dengan Senter
Matikan lampu dan hidupkan senter. Minta anak untuk menyorotkan lampu senter ke benda-benda tertentu di kamar.

Bagaimana ini bisa bekerja?
Dalam cahaya redup, anak akan lebih fokus sebab kurangnya pengalihan. Dia akan mengikuti perintah Ibu lebih mudah. selain itu, permainan ini akan mengurangi ketakutan balita sehat Ibu terhadap gelap

Mulai Meniru
Pilih bunyi yang berasal dari sumber yang tidak dikenal dan minta anak untuk mendengarkan. Jika beliau tidak mau, maka tunjukkan padanya bagaimana cara mendengar yang saksama dan menggandakan bunyi itu.

Bagaimana Permainan ini bisa Membantu?
Anak mungkin akan kesulitan mendengarkan bunyi yang berasal dari sumber yang tidak terlihat, tetapi usaha itu akan meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mendorong beliau untuk mendengarkan dengan saksama.

Menyanyikan lagu sederhana dengan balita cerdas Ibu
Buatlah sebuah lagu yang menceritakan wacana peran yang harus dilakukan anak. Selagi menyanyi, buatlah gerakan bersama biar lebih menyenangkan.

Bagaimana permainan ini bisa berhasil?
Anak lebih mungkin mengikuti perintah Ibu saat menyanyikan lagu yang menjelaskan tindakan mereka ketimbang Ibu menyuruh mereka secara langsung. Paham? Misalnya, Ibu ingin beliau merapikan mainan. Maka karanglah lagu dengan lirik yang mencantumkan seruan itu.



Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Cara Mengatasi Anak yang Suka Memukul

Apa anak Ibu suka memukul?

Oke, bisa jadi ini ialah dilema banyak orangtua. ketika anak-anal berubah agresif, suka memukul dan suka berkelahi. Ini tentu saja tidak normal, sebagai orangtua, Ibu tentu saja merasa cemas.
Kenapa balita suka memukul?

Agresi fisik bukanlah hal yang gres pada anak. Bahkan bisa juga menandai fase dalam petumbuhan mereka. ketika anak berusaha keras untuk mandiri, tetapi kemampuan komunikasinya belum berkembang sehingga mereka menjadi gelisah dan sangat mudah marah. selain itu, kurangnya kontrol impuls pada anak bisa mendorong terjadinya kekerasan dan agresif.

Berikut beberapa alasan yang bisa menjelaskan kenapa balita suka sekali memukul.

Mengembangkan keterampilan
Salah satu alasan di balik perilaku garang anak ialah ketidakmampuannya untuk mengatasi emosi. Mereka mungkin bisa berbicara dan berjalan, akan tetapi kemampuan untuk mengatasi emosi menyerupai rasa lapar dan frutrasi masih dalam tahap perkembangan. Dengan demikian, satu-satunya cara bagi anak untuk menuntut perhatian dari orangtua atau melampiaskan rasa frutrasi ialah dengan memukul seseorang atau melempar sesuatu.

Curiosity/ keingintahuan
Ini bisa jadi salah satu alasan mengapa anak mulai melempar atau memukul sesuatu. pada usia ini, anak sedang mencoba mencari tahu dunia di sekelilingnya dan merasa bahwa mereka bisa memahami lebih baik sesuatu dengan melemparkan hal-hal atau memukul dan kemudian melihat hasil perbuatannya.

Untuk mengontrol
Pada tahun-tahun awal kehidupan, anak mencoba untuk menerima kontrol atas hal-hal yang berada di sekitar mereka. memukul dan melempar memperlihatkan anak kontrol yang mereka inginkan. Dan mungkin juga memberi kesenangan.

Lalu bagaimana cara menghadapi balita yang suka memukul?


Menjelaskan konsekuensi dari perbuatan mereka (memukul)
Jika anak mulai melempar benda-benda pada anak lain ketika bermain, maka bawalah ia pergi dan duduk bersamanya. Ibu bisa mengatakan padanya bahwa ia hanya bisa kembali bermain kalau tidak memukul teman-temannya.

Tetap Tenang
Jangan berteriak pada anak sebab itu hanya akan membuat mereka marah. ketika anak mulai menunjukkan agresi, hal terbaik ialah tetap hening dan tunjukkan pada mereka untuk mengendalikan amarah. Hal ini bisa membantu anak berguru bagaimana mengontrol diri mereka sendiri.

Segera bertindak
Tindakan segera sangat diperlukan. Jangan menunggu dan memberitahu anak untuk menghentikan aksi fisik ketika mereka melaksanakan kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya. Segera bawa anak pergi dari daerah kejadian dan katakan padanya bahwa ia hanya bisa kembali kalau bisa menahan diri

Terus Disiplin dalam mengajarkan anak

Mendisiplinkan anak setiap kali ia memukul seseorang sangat penting bahkan kalau anak ada di depan umum. Bawa ia pergi dan katakan bahwa ia tidak diizinkan untuk kembali ke daerah itu kecuali berperilaku baik. Coba mendisplinkan anak dengan cara yang sama menyerupai yang Ibu lakukan sebelumnya.

Mengajari anak cara lain untuk meminta maaf
Bagian ini juga penting. Minta anak untuk meminta maaf atas perilaku fisiknya sehingga ia mengerti bahwa memukul seseorang tidak baik dan ia harus meminta maaf kalau sudah menyakiti seseorang.

Beri anak perhatian
Mulailah perhatikan anak dan puji setiap ia melaksanakan hal-hal baik. Ini akan menunjukkan pada anak bahwa perilaku baiknya itu dihargai. Dia akan mulai mengendalikan emosi dan melaksanakan hal baik untuk mendapat perhatian Ibu

Batasi Paparan televisi
Mulai pantau tontonan anak. Karena anak berada dalam fase pembelajaran, anak akan mencontoh hal-hal yang mereka tonton dari televisi. Mereka bisa jadi mengikuti episode berteriak dan mendorong. Membatasi ekpsosur mereka ke TV bisa membantu anak menahan perilaku garang mereka.

Meminta santunan psikiater
Jika usaha Ibu tidak membuahkan hasil dan perilaku anak membuat Ibu cemas, maka Ibu bisa mendatangi psikiater atau konselor anak. Mereka akan bisa membantu dalam mencari tahu kenapa anak bisa bersikap agresif.


Tips lebih lanjut perihal Pengajaran Balita garang untuk Berperilaku baik 

Beritahu Balita bahwa memukul itu salah
Ibu bisa menghentikan anak untuk memukul dengan memberikan bahwa memukul bukanlah kebiasaan baik dan belum dewasa bisa mencari cara lain untuk melampiaskan frustrasi, misal dengan memukul bantal

Berikan Balita Pelukan
Ibu bisa memeluknya kalau ia memukul seseorang sebelum membawanya pergi dari daerah kejadiannya untuk menunjukkan bahwa memukul itu ialah tindakan yang tidak pantas.

Ajarkan balita untuk meminta maaf
Jika anak memukul Ibu, turunkan ia dan katakan bahwa Ibu tidak akan menjemput dan bermain dengannya hingga ia meminta maaf dan berhenti memukul Ibu

Ajarkan Balita apa yang bisa mereka lakukan.

Jangan memberitahu anak perihal apa yang tidak bisa mereka lakukan, sebaliknya ajarkan apa yang mereka bisa lakukan. hal ini akan membantu anak untuk berguru cara sempurna dalam menangani emosi.


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html