Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Bayi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Bayi. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 September 2017

Mengenali Batuk pada Bayi

Batuk ialah cara badan untuk  melindungi diri sendiri. Batuk berfungsi sebagai metode yang digunakan badan untuk menjaga kebersihan susukan udara, membersihkan dahak di tenggorokan, postnasal drip (lendir hidung yang menetes ke adegan belakang tenggorokan), atau belahan makanan yang salah masuk.
Untuk menjalankan fungsi itu, ada dua jenis batuk yaitu:

  • Batuk kering: Jenis batuk yang terjadi saat bayi merasa  cuek atau alergi. Batuk jenis ini membantu membersihkan postnasal drip atau iritasi akhir sakit tenggorokan.
  • Batuk basah: Jenis batuk ini ialah hasil dari penyakit pernapasan yang disertai infeksi bakteri. Ini menyebabkan dahak atau lendir (yang mengandung sel-sel darah putih untuk membantu melawan kuman) untuk membentuk di susukan udara bayi. 

Bayi berumur kurang dari 4 bulan biasanya tidak sering batuk, jadi saat batuk itu menimpa bayi umur 0-4 bulan maka itu artinya serius. Pada kondisi dingin, bila bayi ibu batuk keras mampu jadi ialah respiratory syncytial virus (RSV), infeksi virus berbahaya bagi bayi.

Kemudian berdasarkan penyebabnya, menyerupai dilansir oleh ayahbunda.co.id, batuk mampu disebabkan oleh dua hal:

Batuk alergi.
Salah satu alergen untuk susukan napas disebut inhalan, karena zat-zat yang beterbangan di lingkungan terhirup oleh tubuh. Inhalan yang paling banyak menjadikan alergi ialah bubuk rumah, yang biasanya mengandung tungau (sejenis kutu kecil) bubuk rumah, partikel dari asap rokok, serpihan kulit binatang, serbuk sari tumbuhan, dan zat-zat kimia yang disemprotkan (obat nyamuk, minyak wangi, dan hairspray). Namun, alergen juga dapat berupa makanan, misalnya makanan ringan yang mengandung zat pewarna atau zat pengawet.

Jika anak kebetulan alergi dan mengisap inhalan, maka selaput lendir pada susukan pernapasannya akan terangsang untuk menghasilkan lendir lebih banyak dari biasanya. Akibatnya? Terjadi pembengkakan (edema). Ujung-ujung saraf dalam selaput lendir menjadi terangsang, dan batuklah ia.

Jika pembengkakan terjadi pada susukan pernapasan atas, yaitu di hidung, maka hidung akan tersumbat dan balita pun pilek. Biasanya, sih, disertai juga bersin-bersin. Sebaliknya, bila pembengkakan pada susukan pernapasan bawah, yaitu susukan di paru-paru secara menyeluruh, maka terjadi penyempitan susukan pernapasan. Akibatnya, anak uhuk-uhuk, sesak, dan napasnya berbunyi (mengi) alias asma.

Batuk non-alergi. 
Batuk jenis ini disebabkan infeksi kuman, terutama jenis virus dan bakteri. Proses pembengkakannya hampir sama dengan batuk alergi. Begitu kuman penyakit masuk, selaput lendir pada susukan pernapasan membengkak dan rusak. Akibatnya, produksi lendir berlebihan, hidung tersumbat, dan muncullah batuk.

Batuk non-alergi biasanya disertai demam dan gejala lainnya. Jenis basil yang sering jadi biang keladi infeksi susukan pernapasan atas akut (ISPA) ialah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Tidak jarang, batuk yang bersifat kronis dikarenakan jenis basil penyebab penyakit tuberkulosis (TBC).

Cara Alami mengatasi Batuk pada Anak
Kadnag, bila dibawa ke dokter, anak akan diberi antibiotik. beberapa orangtua biasanya mengurangi penggunaan antibiotik, sehingga lebih memilih obat biasa atau bahkan obat tradisional.

Yang sering saya lakukan untuk mengatasi batuk anak dengan ramuan tradisional ialah dengan kencur, jeruk nipis dan madu.

Kencur diperas, kemudian diperas di atas saringan teh. Baru kemudian campurkan dengan perasan jeruk nipis dan madu. Kadang anak memuntahkannya kembali karena rasa kencur yang pedas, untuk menyiasatinya tambahkan madu yang banyak jadi rasanya manis.


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Kenali Croup pada Bayi dan Anak


Apa itu Croup?
Croup atau yang sering disebut dengan Laryngotracheobronchitis adalah penyakit pernapasan umum di mana pita bunyi (laring) dan tempat tenggorokan (trachea) meradang. Croup biasanya disebabkan oleh virus, menyerupai virus parainfluenza, adenovirus, atau respiratory syncytial virus (RSV). Croup dikaitkan dengan batuk keras, batuk menggonggong dan pernapasan yang berisik. Croup terjadi paling sering pada selesai demam isu dingin, terutama pada belum dewasa antara usia 3 bulan dan 5 tahun. 

Gejala dan Tanda Croup
Croup biasanya dimulai eperti flu biasa dengan pilek dan demam. Setelah beberapa hari, bunyi anak akan tampak serak dan anak akan mengalmai batuk yang keras. Suara batuknya sendiri terdengar menyerupai gonggongan anjing laut. 

Anak juga mungkin memiliki persoalan menarik udara ke paru-paru karena peradangan di akses napas. Suara berisik yang terjadi ketika menghirup disebut stridor. Batuk dan kesulitan bernafas terjadi paling sering di malam hari atau di di tengah malam. Dalam kasus croup spasmodik, anak mungkin tidak memiliki gejala flu sebelum batuk dimulai, tapi batuk dan gejala pernapasan yang sama menyerupai pada anak dengan Croup menular. 



Anak-anak yang lahir prematur atau belum dewasa dengan asma yang diketahui bisa mengalami  gejala Croup yang lebih parah. Secara umum, bagaimanapun, croup hilang dalam beberapa hari, meskipun gejala sesekali dapat menjadi parah. Kadang-kadang seorang anak yang mengalami kesulitan bernafas bisa emnderita batuk yang cepat, nafas tersengal-sengal atau dikombinasikan dengan batuk yang menggonggong. Warna kulit anak mungkin pucat dan biru di sekitar verbal karena kekurangan oksigen. Jika ibu melihat gejala serius ini, maka cepatlah bawa anak ke dokter.

Cara Mencegah Croup
Sulit untuk mencegah anak dari terserang Croup mengingat virus flu umum juga bisa menjadikan Croup. Sering  mencuci tangan dan menghindari kontak bersahabat dengan orang yang sakit dapat mengurangi risiko infeksi. 

Pengobatan untuk Croup
Antibiotik tidak membantu karena croup biasanya disebabkan oleh virus, bukan oleh bakteri. Jika anak menderita croup untuk pertama kalinya, hubungi dokter segera kalau ada tanda-tanda kesulitan bernapas, dehidrasi, demam tinggi, air liur, dan ketidakmampuan untuk menelan air liur. Ini mungkin merupakan tanda dari epiglottitis akut, nanah yang jarang namun berpotensi mengancam nyawa dari epiglotis. 
 
kondisi larink dikala menderita Croup
Jika anak menderita croup sebelum dan ibu mengenali gejala-gejalanya, cobalah langkah-langkah ini:
  • Berikan anak banyak cairan.
  • Topang anak di tempat tidur dengan bantal dan menjaga badan episode atas terangkat sehingga dia akan bernapas lebih mudah.
  • Beberapa anak merasa lebih baik ketika mereka menghirup udara masbodoh dan basah. Membawa anak ke jendela yang terbuka atau membuka pintu freezer.
  • Anak-anak lain membaik setelah menghirup hangat, udara beruap. Bawa anak ke kamar mandi setelah mengisi kolam dengan air hangat selama 10 menit. Minta anak menghirup uang lembab secara pribadi atau melalui handuk basah. Jika menggunakan handuk basah, bisa juga dilakukan di kamar.

Tidurlah cukup bersahabat untuk anak sehingga Ibu bisa mengamati perjalanan penyakit. Gejala dapat meningkatkan di siang hari, tetapi memperburuk lagi untuk dua atau tiga malam. 

segera hubungi dokter kalau anak tidak juga bisa bernapas dengan lebih mudah setelah perawatan di atas. Anak mungkin butuh oksigen, obat-obatan untuk membuka jalur napas dan cairan infus.

(sumber : parents.com)


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Benjolan pada Leher Anak, Diapain Nih?

Apa yang mommy rasakan ketika menemukan benjolan pada leher anak? Panik? Kaget? Takut?

Iya, saya merasakannya. Anak saya yang kedua, si Widya tertangkap tangan ada benjolan di lehernya. Tepatnya di bawah indera pendengaran kanan (agak maju dikit sih). Benjolannya pertama kali saya temukan di tahun 2015. Karena suatu hal, sama sekali belum mampu saya periksakan ke dokter.

Sekitar awal 2016, benjolannya membesar. Sangat-sangat jerawat hingga kelihatan. Padahal awalnya hanya terlihat ketika dia mendongak saja. Saat itu, benar-benar ibarat gendongan tapi di kanan.

Gejala lain yang muncul yaitu badannya sering hangat dan mukanya juga pucat. Walaupun si anak tidak mencicipi apa-apa, benjolannya tidak sakit, acara masih ibarat biasa, tetap saja saya panik. Akhirnya si adek saya bawa ke dokter anak.

Berbagai macam anutan muncul. Jangan-jangan tumor, jangan-jangan kanker. Apalagi pas di dokter anak, sang dokter tidak berani memberi vonis apa-apa alasannya yaitu benjolannya sudah lama. Sang dokter yang memang terlalu overcare juga sudah hingga membicarakan urusan operasi dan tips mencari kamar di rumah sakit. Seketika saya menyesali kealpaan saya alasannya yaitu terlambat membawa si adek ke dokter.

Oleh dokter anak, anak saya dirusuk ke dokter bedah anak. Kebetulan sang dokter bedah ini praktek di RS Surya Husada Denpasar pada hari yang sama, sehingga eksklusif kami samperin.

Udah takut banget kalau si adik harus operasi segala macam. Syukurnya sang dokter bedah yang sudah 11 tahun menangani kasus ibarat ini berkata untuk kasus ibarat ini sangat jarang hingga operasi. Sang dokter jauh berbeda dengan dokter anak yang sebelumnya, lebih kalem dan mampu menenangkan perasaan orangtua pasien yang sudah ketakutan.

Dokter bedah kemudian merujuk si adek ke dokter seorang hebat patologi untuk melaksanakan FNAB (Fine Needle Aspiration Cytology) atau biopsi jarum halus. Ini merupakan tindakan memeriksa suatu adegan tubuh dengan cara menyuntikkan sebuah jarum yang halus (lebih kecil dari jarum suntik biasa) ke adegan tubuh yang ingin diperiksa.

FNAB tidak berlangsung lama. Hanya menusukkan jarum kecil sekali di benjolan. Namun tetap saja si adek ketakutan dan menjerit. Hasil tesnya juga tidak lama, hanya menunggu sekitar satu jam dan hasil sudah keluar.
Ternyata, dari test itu tertangkap tangan bahwa benjolan itu merupakan jawaban dari Reactive lymphoid hyperplasia yaitu pembesaran kelenjar getah bening.

Saat menelpon dokter bedah anak untuk memberikan hasil test,  dokter bilang bahwa kasusnya si adek tidak perlu buru-buru. Saya kemudian diminta konsultasi lagi pada jadwal dia yang berikutnya.

Beberapa hari kemudian, saya kembali konsultasi ke dokter bedah anak. Sang dokter mengatakan bahwa si adek terkena radang sekunder yang membuat benjolannya tambah besar. Akhirnya diberikan antibiotik selama seminggu, dan diminta kontrol lagi ahad depan pada hari yang sama.

Selama seminggu, benjolan berkurang drastis, tidak lagi jerawat ibarat hari kemarin. Namun masih ada sisa, sehingga saya kembali kontrol ahad depannya. Karena hasil obat yang memuaskan, dokter kembali menunjukkan antibiotik dengan jenis serta dosis yang sama selama seminggu.



Seminggu kemudian, benjolan itu ternyata masih ada dengan ukuran yang sama ibarat tahun lalu ditambah dua benjolan gres dengan ukuran kecil-kecil.  Saat kontrol lagi, si adek dan juga kakaknya Cuta (yang ternyata setelah saya cek juga memiliki benjolan serupa tapi lebih kecil) dirujuk ke dokter anak seorang hebat kelenjar untuk menjalani tes mantoux.

Apa itu test mantoux? Ini merupakan alat diagnostik yang hingga ketika ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Prosedurnya yaitu dengan menyuntikkan tuberkuloprotein ke bawah kulit. Lokasi penyuntikan di sekitar lengan.

Kenapa belum dewasa saya harus menjalani test ini padahal hasil FNAB-nya mengambarkan pembengkakan kelenjar getah bening? Karena di keluarga kami pernah ada riwayat TB sehingga disinyalir belum dewasa tertular.

Test ini mungkin hanya ibarat suntikan, tapi efeknya sungguh berbeda pada anak 3 tahun. Si Adek menangis jejeritan, meronta-ronta padahal sudah dipegangi oleh perawat. Suntikannya gagal alasannya yaitu obatnya keluar sehingga test harus diulang di lengannya lagi satu. Saya tidak heran kenapa si Adek ketakutan. Metode suntikannya tidak ibarat suntikan mampu yang asal suntik lalu masukin obat. Tidak. Setelah disuntik, dengan posisi jarum semasih di kulit, sang dokter memastikan posisi jarum di jaringan kulit yang sempurna sebelum memasukan obat. Inilah yang membuat si Adek dan kakaknya menjerit kesakitan.

Setelah test, kami diminta kontrol 3 hari kemudian alasannya yaitu hasil test gres akan kelihatan dalam jangka waktu 48-72 jam. Reaksi tubuh terhadap penyuntikan ini nantinya akan berupa munculnya benjolan kemerahan di sekitar suntikan. Dinyatakan tuberkulosis negatif apabila nilai indurasinya 0-4 mm. Di sisi lain, dinyatakan negatif tuberkulosis apabila nilai indurasinya diatas 10 mm. Jika nilai indurasi berkisar antara 5-9 mm, maka dinilai meragukan (ref: artikelkesehatanwanita.com)

Syukurnya, selama 3 hari itu sama sekali tidak ada tanda-tanda benjolan di lengannya anak-anak. Bekas suntikan memudar dengan cepat, dan ketika kontrol dokter mengatakan bahwa mereka tidaklah terkena TB.

Seketika saya lega. Kenapa? Sungguh mommy, pengobatan TB itu tidaklah gampang. Penderita harus minum obat setiap hari selama enam bulan. Tidak boleh putus barang satu hari saja. Kalau lupa sehari, basil akan resisten terhadap obat. Pada bulan-bulan awal bahkan 4 biji obat yang gedenya minta ampun. Saya membayangkan belum dewasa saya menelan obat-obatan begitu, seketika rasanya mau lemas.

Syukurnya mereka negatif untuk TB. Kemudian, apa yang tolong-menolong terjadi pada mereka hingga memiliki benjolan ibarat itu? Apa pengobatan selanjutnya?

Sang dokter yang juga merupakan seorang hebat kelenjar ini mengatakan bahwa belum dewasa saya mengalami suatu jenis radang yang membuat kelenjar getah bening mereka membengkak (hasil FNAB terang kok, dok). Hal ini katanya umum terjadi pada beberapa anak, tidak akan menghipnotis kesehatan mereka dan juga tidak membutuhkan pengobatan tambahan. Dokternya sendiri bilang benjolan akan hilang dengan sendirinya. Saya hanya harus mengobservasi belum dewasa dan melaksanakan pemeriksaan kalau terjadi radang sekunder yang menjadikan jerawat besar ibarat kemarin.

Ini melegakan. Sungguh, setelah hampir sebulan berkutat dengan problem benjolan ini hingga membayang operasi segala macam.  Segala macam ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran yang menyita perhatian dan tenaga kesudahannya mampu ditanggalkan (bahasanya novel banget hahahah). Namun biarpun begitu, tetap saya saya masih was-was. Anak saya dua-duanya mengalaminya, saya jadi menduga-duga penyebabnya apa walaupun dokternya tidak mampu menyebut penyebabnya secara spesifik.

Sampai seminggu setelah konsultasi terakhir, tidak ada problem kesehatan berarti bagi mereka. Semoga benjolan tersebut memang mampu hilang dengan sendirinya.

Nah, postingan saya kali ini tujuannya untuk membuat mommy tahu, bahwa tidak semua gejala penyakit harus ditanggapi dengan ketakutan. Namun tetap ya harus waspada, alasannya yaitu benjolan yang tidak wajar ibarat ini mampu jadi sesuatu yang mengkhawatirkan kalau tidak ditindaklanjuti.

Atau mungkin ada mommy yang pernah mengalami problem ibarat belum dewasa saya? 


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Berapa Lama Bayi boleh Dibiarkan Menangis?

Iya, berapa lama bayi boleh dibiarkan menangis? Ada semacam kepercayaan bahwa bayi menangis itu untuk melatih paru-paru. Atau, membiarkan bayi menangis dalam jangka waktu yang lumayan lama itu semacam cara biar bayi tidak terbiasa manja, bacin tangan dan sebagainya. Namun apakah itu benar?

Menangis merupakan hal normal dan adegan dari perkembangan mereka. tangisan normal itu bukan selalu berarti bayi sakit. hanya saja, bayi yang menangis terlalu lama mampu jadi pertanda   bahwa bayi merasa tidak nyaman atau tidak aman. bayi di bawah empat bulan biasanya menggunakan tangis untuk mengekspresikan kebutuhan mereka.

Penelitian telah memperlihatkan bahwa bawah umur yang dibiarkan menangis memiliki perubahan dalam hal konsiten otak mereka terhadap penelantaran emosional dan fisik, beberapa bahkan memperlihatkan tanda-tanda kerusakan mental di kemudian hari. Karena itu, usia bayi benar-benar sangat menentukan, seberapa lama mereka harus dibiarkan menangis. Dilansir dari newkidscenter.com, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui.

Bayi gres lahir hingga umur 3 bulan
Ibu harus menjawab tangisan bayi pada usia ini dengan segera. Mereka menangis sebab mereka membutuhkan sesuatu, sama sekali bukan sebab mereka manja. Ketika mereka menangis dan Ibu pribadi merespons, ini ialah bentuk awal komunikasi antara bayi dan insan lainnya. Jika Ibu tidak menjawab kebutuhan bayi saat menangis, secara tidak pribadi Ibu membuat mereka tahu bahwa kebutuhan mereka tidak layak untuk dipenuhi. Bayi yang dibiarkan menangis lama dalam usia ini kemungkinan akan mengalami kesulitan emosional dan duduk perkara kepercayaan di kemudian hari.


Usia setelah 3 hingga 4 bulan
Di usia ini, bayi biasanya menangis saat popok mereka basah, lapar atau lelah. Sebagai orangtua, Ibu biasanya akan mampu mengetahui pola-pola ini dengan mudah. setelah Ibu mengenal rutinistas bayi, Ibu mampu memenuhi kebutuhan mereka sebelum mereka menangis. Tangisan akan mampu dihindari. Makara jikalau bayi menangis dalam jangka waktu yang lama, maka Ibu akan tahu jikalau bayi mungkin saja sedang tidak enak badan.

Umur 5 hingga 6 bulan
Pada umur ini, bayi harus mulai berguru untuk "menenangkan diri sendiri". ibu mungkin mampu membiarkan mereka menangis selama enam menit pada satu waktu, gres kemudian menghampirinya. Bayi masih perlu tahu bahwa Ibu berada di sebelah mereka, dan ini mampu membantu proses bonding antara Ibu dan Bayi. Seperti kita tahu, proses bonding ini merupakan adegan dari perkembangan anak.

Namun jikalau bayi menangis terus-menerus pada usia ini, Ibu mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada yang salah dengan bayi secara fisik.

Untuk usia bayi yang lebih tua, Ibu mampu membiarkan bayi menangis selama beberapa lama. Tergantung jenis tangisan bayi. Pada usia ini, bayi sudah mampu membuatkan pola-pola menangis tertentu, yang jikalau Ibu amati, tangisanny akan berbeda jikalau ia lapar, manja atau kesakitan. Jika ia menangis sebab lapar dan sakit, maka segeralah hampiri bayi.






Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Mengenali Jenis dan Gejala Batuk pada Bayi

Makanan bayi sehat – Penyakit apa yang paling sering diderita oleh bayi? Iya, batuk. Kadang disertai pilek. Batuk pilek merupakan penyakit gabungan, yang kadang datang bersama-sama, bergantian atau pun terpisah.

Batuk, meskipun kadang suaranya sangat memprihatinkan, tetapi lebih sering bukan sebuah gejala penyakit yang serius. batuk pada bayi juga menjadi salah satu mekanisme penting untuk membersihkan jalan masuk udara di dalam dada dan tenggorokan. Untuk kasus-kasus ringan, Ibu mampu menggunakan solusi sederhana untuk menghilangkan batuk. Khusus untuk kondisi yang lebih serius, maka Ibu perlu mencari sumbangan dokter.

Kemungkinan Penyebab Batuk pada Bayi


Batuk Kering
Batuk kering sering merupakan indikasi alergi atau cuek pada bayi. Batuk semacam ini dapat membantu menghilangkan iritasi yang dirasakan oleh bayi yang menderita infeksi tenggorokan.

Batuk berair / berdahak
Batuk berair seringkali menjadi iindikasi penyakit pernapasan yang berasal dari infeksi bakteri. Batuk semacma ini dapat menghasilkan pembentukan lendir atau dahak di jalan masuk napas bayi. Sel darah putih yang memerangi kuman dapat ditemukan dalam lendir atau dahak.

Batuk Barky (barky: menyalak)
Pembengkakan pada adegan atas dari trakea atau laring mampu menjadikan terjadinya batuk barky. Alasan untuk pembengkakan ini biasanya Croup, di mana jalan masuk udara kecil anak menjadi bisul sehingga membuatnya sulit untuk bernapas. Penyebab Croup termasuk infeksi kuman atau alergi.

Croup dapat disebabkan oleh alergi, perubahan suhu pada malam hari, dan yang umum yaitu infeksi jalan masuk napas atas. Ketika jalan masuk napas anak mengalami inflamasi, akan terjadi pembengkakkan akrab atau di bawah pita suara, membuat anak sulit bernapas. Anak di bawah usia 3 tahun cenderung terserang croup karena batang tenggoroknya sempit.

Croup dapat terjadi tiba-tiba, di tengah malam dikala anak tidur. Sering disertai bunyi keras ketika anak menarik napas.

Batuk Rejan
Merupakan salah satu ciri dari penyakit pertusis, penyebab batuk rejan yaitu kuman dengan nama Bordetella Pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diakhiri dengan bunyi keras dikala anak menarik napas. Batuk rejan biasanya disertai dengan gejala ibarat bersin-bersin, demam ringan dan pilek. Walaupun pertusis dapat terjadi pada semua usia, umumnya terjadi pada balita di bawah usia 1 tahun yang tidak diimunisasi. Vaksin pertusis yang merupakan adegan dari imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) rutin diberikan dalam 5 dosis sebelum anak berusia 6 tahun. Penting untuk mengikuti acara imunisasi yang disarankan oleh dokter.

Pertusis sangat menular. Bakteri dapat menyebar antar insan di udara melalui percikan cairan dari hidung atau verbal orang yang terinfeksi, yang dapat keluar karena bersin, batuk atau tertawa. Orang lain dapat juga terinfeksi karena menghirup percikan atau menyentuh verbal atau hidung yang terkena percikan.

Batuk Rejan dengan Napas berbunyi (mengi)
Batuk yang disertai bunyi napas mampu menjadi tanda dari bengkkanya jalan masuk napas bawah paru-paru anak. Suara mengi terjadi ketika bayi mengembuskan napas dikala batuk. Asma atau bronkitis yaitu alasan untuk jenis batuk

Batuk Malam hari
Banyak batuk bertambah buruk di malam hari karena penyumbatan dalam hidung dan sinus yang mengalir sepanjang tenggorok dan menjadikan iritasi ketika anak berbaring. Ini menjadi dilema jikalau anak sulit untuk tidur. Asma juga dapat memicu batuk di malam hari karena jalan masuk napas cenderung menjadi sensitif dan mudah teriritasi pada malam hari.

Batuk Siang hari
Alergi, asma, dingin, dan infeksi pernapasan dituding sebagai penyebab batuk di siang hari. Udara cuek dan acara yang berat dapat memperparah batuk ini, namun biasanya akan mereda di malam hari ketika anak beristirahat. Perlu untuk meyakinkan bahwa di rumah tidak ada satu pun yang membuat anak batuk ibarat pengharum ruangan, binatang peliharaan, dan asap (terutama asap tembakau)

Batuk dengan Demam
Batuk yang disertai demam dan hidung berair biasanya terjadi karena flu. Namun jikalau demam melewati 39 derajat celcisus, dapat berarti pneumonia, terutama jikalau anak terlihat lesu dan bernapas dengan cepat. Pada keadaan ini, segera hubungi dokter anak.

Batuk dengan Muntah

Umumnya anak batuk karena dipicu oleh refleks penyumbatan. Ini bukan hal yang berbahaya, kecuali jikalau muntah tidak berhenti-berhenti. Anak yang menderita batuk disertai flu atau asma dapat muntah jikalau terlalu banyak lendir mengalir ke dalam perut dan menjadikan mual.

Batuk Menetap / Persisten
Batuk mampu berlangsung selama berminggu-minggu jikalau disebabkan oleh infeksi sinus, alergi atau asma. Batuk yang disebabkan flu dapat hilang dalam seminggu, kecuali anak anda mengalami flu lagi setelahnya. Batuk yang berlangsung lebih dari 3 ahad menjadi batuk menetap dan harus diperiksa oleh dokter.

Kapan Harus Menghubungi Dokter Anak?
Kebanyakan batuk pada anak tidak perlu dikhawatirkan. Namun konsultasikan dengan dokter jikalau anak anda:
•    Sulit bernapas
•    Bernapas lebih cepat dari biasanya
•    Bibir, wajah atau pengecap berwarna kebiruan
•    Demam tinggi (terutama pada bayi atau keadaan hidung berair; hubungi dokter anak anda jikalau bayi di bawah usia 3 bulan mengalami demam)
•    Bayi (usia 3 bulan atau kurang) yang batuk lebih dari beberapa jam
•    Bunyi keras ketika bernapas setelah batuk
•    Batuk berdarah
•    Terdengar bunyi nyaring ketika menarik napas
•    Berbunyi ketika mengembuskan napas (kecuali Ibu telah mengetahui cara mengontrol asma dari dokter anak)
•    Terlihat lesu dan kesakitan

Pengobatan Medis
Salah satu cara mendiagnosa batuk yaitu dengan mendengar. Dokter anak akan menentukan pengobatan berdasarkan bunyi batuk yang terdengar.

Karena dominan penyakit pernapasan disebabkan oleh virus, umumnya dokter tidak meresepkan antibiotik untuk batuk. Jika dokter mencurigai adanya infeksi bakteri, beliau akan meresepkan antibiotik. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan batuk akan berkembang dengan sendirinya kemudian.

Kecuali batuk anak anda mengganggu tidur, penggunaan obat batuk tidak diperlukan. Jika anda memilih obat batuk bebas yang menekan batuk, konsultasikan dengan dokter untuk meyakinkan dosis yang sempurna karena setiap obat memiliki efek samping dan mungkin dapat berbahaya bagi bayi dan anak-anak.

Bagaimana menangani batuk pada bayi
 
•    Menjaga anak tetap terhidrasi yaitu penting, jadi memberi anak jus merupakan wangsit yang baik. Namun hindari jus jeruk karena mampu mengiritasi tenggorokan. Meningkatkan asupan susu dan juga memberi makan mampu membantu menenangkan tenggorokan yang menambah cairan yang dibutuhkan anak untuk memerangi infeksi.
•    Membuat udara di kamar biar tetap lembab mampu membantu anak tidur nyenya. Atau, bawa bayi ke udara terbuka mampu juga mengatasi batuk, tetapi Ibu tetap harus memastikan untuk membatasi perjalanan bayi di luar ruangan.
•    Istirahat yang banyak penting untuk meringankan gejala batuk pada bayi.
•    Uap dapat menjadi metode yang efektif untuk menghilangkan gejala batuk pada bayi. 
•    Khusus untuk asma. Anak-anak yang menderita asma harus dibawa ke dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat.
•    Berikan obat dengan hati-hati. Periksa label sebelum memberi obat bebas, pastikan obat tersebut memang untuk anak-anak.


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Manfaat kencur untuk Batuk pada Bayi dan Balita

Salah satu manfaat kencur untuk bayi yakni sebagai obat batuk. Saya sering menggunakan materi ini untuk meredakan batuk, terutama batuk berdahak karena kencur bermanfaat sebagai pengencer dahak.
Namun untuk bayi, tentu sulit menggunakan materi ini karena bayi biasanya tidak menyukai rasa kencur yang pedas.

Karena anak aku sudah bukan bayi lagi, aku mampu menawarkan kencur ini sebagai obat batuk. Sebagai pengurai rasa pedas, aku gunakan madu.

Kencur aku parut, kemudian peras airnya. Karena hasil parutannya pasti sedikit, maka aku memeras dengan menggunakan saringan teh. Parutan kencur aku taruh di saringan, kemudian tekan-tekan dengan menggunakan sendok. Airnya akan jatuh ke dalam gelas.

Kemudian, aku peras jeruk nipis ke parutan kencur di saringan dan kembali ditekan-tekan. Terkadang aku tambahkan sedikit air biar ekstrak kencur yang didapat semakin banyak.

Campuran antara kencur, jeruk nipis kemudian ditambahkan madu. Pemberian madu tentunya hanya dianjurkan untuk bayi di atas umur setahun ya. Agar rasanya lebih mampu diterima, madu aku tambahkan dalam jumlah yang lebih banyak.

Saya tidak pernah menggunakan takaran pasti untuk memanfaatkan kencur sebagai obat batuk ini. namun untuk menerima ekstrak kencur yang banyak, aku juga gunakan banyak kencur. Jamu ini kemudian aku berikan dua kali sehari. Biasanya dalam waktu dua hari, batuknya akan mereda.

Baca juga : Mengenali Batuk pada Bayi

Apakah Kencur aman untuk bayi  di anak-anak 6 bulan?

Menurut dr. Citra Roseno (seperti yang dimuat di website klikdokter.com),  kencur memang indah untuk mengurangi gejala batuk, tetapi untuk orang cukup umur dan anak-anak yang lebih besar. Nutrisi dan obat alami terbaik untuk bayi usia sampai 6 bulan hanyalah Air Susu Ibu atau ASI eksklusif.

 Menurut beliau, batuk serta pilek pada bayi pada umumnya disebabkan oleh benjol virus. Infeksi virus akan sembuh sendiri (self limiting disease) dan umumnya akan berlangsung antara 3-14 hari tergantung daya tahan badan anak dan tergantung ada tidaknya penderita flu di rumah atau orang yang sering berkontak dengan anak. Jika memang ada penderita flu di sekelilingnya, maka anak akan sangat potensial untuk sering mengalami batuk-pilek. Kemungkinan kedua penyebab batuk pilek pada bayi yakni alergi.

Jika selama 7-10 hari  sejak sakit, tidak tampak adanya perbaikan gejala pada anak, bila memang anak juga sudah semakin sulit bernapas dan ingus atau dahak menjadi semakin kuning-kehijauan, atau bila derma ASI terganggu atau tidak dapat maksimal, maka disarankan biar memeriksakan buah hati ke dokter seorang hebat anak untuk pemeriksaan fisik dan terapi yang paling tepat.

Selain untuk batuk, minum perasan kencur juga mampu membantu anak untuk mempertahankan kekebalan badan dan meningkatkan nafsu makan.


Baca juga : Menambah Nafsu makan anak dengan madu
Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Cegah Penyakit Alergi dengan Varian Makanan yang Beragam di Tahun Pertama Bayi


Peningkatan keanekaragaman makanan pada tahun pertama kehidupan dapat membantu melindungi anak dari alergi.

Jika biasanya, kita menghindarkan anak dari beberapa jenis makanan karena takut alergi, nah ternyata ada studi gres lho yang menyatakan bahwa perlindungan banyak sekali makanan pada tahun pertama bisa membantu anak untuk mencegah perkembangan penyakit alergi.


Seperti yang dilansir oleh rollercoaster.ie, sebuah tim peneliti Eropa mempelajari praktik perlindungan makan oleh orang bau tanah di Austria, Finlandia, Prancis, Jerman dan Swiss untuk mengukur keragaman makanan bawah umur terhadap diagnosis asma, alergi makanan dan juga alergi rhinitis.

Ini yakni studi pertama yang memperlihatkan kekerabatan antara peningkatan paparan makanan tertentu di tahun pertama kehidupan dan perlindungan terhadap perkembangan alergi di masa depan.

Dalam hal ini, fokus peneliti yakni perihal nutrisi yang ternyata memiliki kemampuan untuk mensugesti perkembangan sistem kekebalan badan anak.

Paparan dini terhadap banyak sekali makanan yang berbeda dapat meningkatkan penerimaan sistem kekebalan terhadap antigen yang ada pada makanan tersebut (zat atau protein yang ketika diperkenalkan ke dalam badan dikenali oleh sistem kekebalan tubuh), mungkin dengan perolehan basil usus yang menguntungkan.

Studi dikala ini yakni adegan dari penelitian yang lebih luas yang dirancang untuk mengevaluasi faktor risiko dan tindakan pencegahan terhadap penyakit alergi.


Para wanita itu direkrut dari lima negara Eropa dikala hamil dan, setelah melahirkan, mereka menyimpan buku harian bulanan makanan yang diberikan kepada bawah umur mereka dari usia tiga bulan hingga dua belas bulan.

Serangkaian kuesioner dan tes darah digunakan secara teratur hingga usia enam tahun untuk menentukan apakah anak tersebut memiliki alergi (diklasifikasikan berdasarkan diagnosis dari setidaknya satu dokter). Skor keragaman pangan yang didefinisikan sebagai jumlah makanan berbeda yang termasuk dalam makanan anak-anak. Secara keseluruhan, 856 bayi dimasukkan dalam penelitian ini.

 Baca juga : Alergi Makanan pada Bayi dan Anak

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa anak dengan skor keragaman makanan lebih tinggi (yaitu lebih banyak jenis materi makanan yang dikonsumsi), memiliki risiko penyakit alergi yang lebih rendah.

Secara khusus, pengenalan beberapa makanan tertentu ditemukan menghasilkan risiko penyakit yang lebih rendah; Produk susu dan ikan yang diperkenalkan di tahun pertama kehidupan tampaknya memiliki efek perlindungan yang tinggi terhadap asma dan alergi makanan.

Saat bawah umur tersebut diuji pada usia enam tahun, diet yang kurang beragam ternyata memperlihatkan lebih sedikit protein yang berkaitan dengan produksi sel kekebalan yang terlibat dalam menekan respons kekebalan badan terhadap sel kita sendiri.

Anak-anak dengan nilai keragaman makanan yang lebih rendah juga ditemukan memiliki kemungkinan peningkatan tingkat antibodi IgE yang lebih tinggi (molekul yang diproduksi oleh badan sebagai respons terhadap antigen), yang terlibat dalam respon imun. Temuan lain menyangkut pentingnya usia di mana makanan diperkenalkan.

Dengan mempelajari skor keragaman makanan baik setelah enam bulan dan satu tahun, para peneliti mengamati efek perlindungan yang lebih tinggi secara signifikan terhadap alergi setelah satu tahun.
Oleh karena itu, periode antara enam bulan dan satu tahun mungkin merupakan jendela penting untuk paparan banyak sekali makanan yang berbeda untuk mengurangi risiko penyakit alergi.

Secara signifikan, tingkat penyakit alergi tampak lebih tinggi pada bawah umur dengan dua orang bau tanah yang memiliki riwayat alergi dibandingkan bawah umur yang tidak memiliki orang bau tanah dengan alergi, dan proporsi anak yang lebih tinggi dengan salah satu atau kedua orang bau tanah yang alergi memiliki skor keragaman rendah (diet kurang bervariasi) dibandingkan dengan orang bau tanah yang tidak memiliki riwayat alergi.

Namun, kemungkinan bias bisa disebabkan oleh 'efek kausalitas terbalik', di mana jikalau anak mulai memperlihatkan gejala awal penyakit ini, atau memiliki orang bau tanah dengan alergi, makanan tertentu kemungkinan akan diperkenalkan kemudian.

Ini akan menghasilkan skor keragaman makanan yang lebih rendah dan kemungkinan penyakit alergi yang lebih tinggi.

Baca juga : Alergi Telur pada Bayi

Rekomendasi dikala ini yakni semoga bawah umur diperkenalkan pada makanan padat sekitar enam bulan, dan tidak lebih awal dari empat bulan.

Memastikan bawah umur diperkenalkan pada banyak sekali jenis makanan pada masa bayi, terutama antara enam dan dua belas bulan, mungkin memiliki efek pencegahan terhadap anak yang membuatkan alergi.



Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html

Bahaya Madu untuk Bayi Di Bawah 12 Bulan

Madu memiliki banyak sekali manfaat kesehatan sehingga pada zaman dahulu, banyak orang yang menawarkan madu untuk bayi mereka, bahkan untuk bayi gres lahir.

Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak penelitian yang pertanda bahwa madu tidak aman untuk bayi di bawah setahun. Sehingga pertanyaan beralih menjadi, kapan madu aman untuk bayi?

American Academy of Pediatrics and the World Health Organization menyarankan biar madu tidak ditambahkan ke makanan, air, atau susu formula yang diberikan pada bayi yang berusia kurang dari 12 bulan. Ini secara teknis, berlaku bahkan untuk madu dalam makanan olahan. Pernyataan AAP ini mengatakan "madu mentah atau tidak dipasteurisasi (Bayi yang berusia kurang dari 12 bulan harus menghindari semua sumber madu)".

Seperti kita tahu, ada banyak yang merasa bahwa madu bergotong-royong tidak berbahaya bagi bayi karena dalam satu bentuk atau lainnya, madu telah diberikan kepada bayi di bawah usia 12 bulan. Ada banyak budaya yang terus memberi bayi madu hampir semenjak lahir dan memasukkannya lebih awal ke dalam makanan bayi.

Organisasi kesehatan dunia telah menggariskan beberapa fakta wacana madu dan kemungkinan risiko pada bayi. Meskipun kita mungkin terlalu konservatif dan berhati-hati dalam menawarkan bayi di bawah usia 12 bulan, sebaiknya Ibu membicarakannya dengan dokter anak.

Mengapa Bayi Tidak boleh konsumsi Madu?
Madu bermanfaat bagi kesehatan namun tidak menawarkan manfaat yang sama pada badan bayi yang sedang berkembang. Inilah alasan mengapa madu untuk bayi bukanlah pilihan yang baik.

Kehadiran clostridium botulinum
Madu yaitu reservoir alami / pembawa untuk spora basil yang disebut clostridium botulinum. Bakteri botulinum ditemukan umumnya di alam (seperti di tanah) dan melepaskan spora ini ke udara, yang menetap di aneka macam objek di lingkungan. Spora yaitu struktur reproduksi basil yang sulit dibasmi dan menunggu kondisi yang tepat untuk membentuk koloni bakteri.

Karena madu berasal dari alam, maka materi ini selalu mengandung spora botulinum. Pemanasan, perebusan dan bahkan pasteurisasi tidak merusaknya. Karena itu, spora masuk ke sistem pencernaan tanpa hambatan ketika makanan yang terkontaminasi dikonsumsi.

Pada bawah umur di atas 12 bulan, spora ini tidak menyebabkan ancaman karena badan memiliki cukup pemeriksaan untuk mencegah bahayanya.  Tapi bayi yang berusia kurang dari 12 bulan kekurangan efisiensi dan rentan terhadap infeksi basil botulinum, yang disebut botulisme bayi.


Apa Itu Botulisme Bayi?
Botulisme bayi yaitu penyakit yang banyak terlihat pada bayi berusia kurang dari enam bulan, tapi bisa juga terjadi pada bayi usia 6-12 bulan. Hal ini disebabkan oleh neurotoksin yang disebut toksin botulinum.

Tubuh bayi masih berkembang, begitu juga organ-organnya. Hal yang sama berlaku untuk flora basil usus alami bayi, yang masih dalam tahap primitif untuk membentuk koloni. Flora basil di usus bayi ini tidak memiliki angka atau kemampuan untuk memasang pertarungan besar lengan berkuasa melawan basil abnormal yang masuk ke dalam usus.

Selain itu, hati bayi tidak menghasilkan cukup jus empedu untuk melawan dengan spora.

Madu menyebabkan tantangan bagi usus bayi yang sedang berkembang:
Saat bayi mengonsumsi madu, spora botulinum mencapai usus kecil dan bertemu dengan populasi kecil mikroflora usus. Karena  basil usus bayi belum sempurna, maka spora akan dengan mudah bisa menguasai usus dan membentuk koloni clostridium botulinum. Koloni basil ini kemudian melepaskan racun yang disebut toksin botulinum, yang secara komersial disebut botox - yang digunakan dalam kosmetik.

Neurotoksin ini menguasai sistem saraf bayi dengan menyerang neuron dan mencegahnya mengirimkan impuls apa pun. Kurangnya impuls selalu menyebabkan penurunan fungsi otot, dan dalam kasus ekstrim, kelumpuhan.

Sehubungan dengan konsekuensi serius ini maka peneliti dan praktisi medis tidak merekomendasikan madu untuk bayi di bawah usia 12 bulan. Setelah usia 12 bulan, badan bayi memiliki cukup jus empedu dan cukup banyak koloni mikroflora usus untuk melawan dan mengurangi pertumbuhan basil clostridium botulinum.

Oleh karena itu, botulisme bayi yaitu alasan yang cukup baik untuk menjauhkan bayi dari madu selama beberapa bulan pertama.Tapi bagaimana kalau beliau menelannya secara tidak sengaja?

Baca juga : Manfaat Kurma untuk Bayi

Bagaimana Jika Ibu Secara Tidak Sengaja Memberi Madu Kepada Bayi?
Mungkin ada teladan ketika bayi secara tidak sengaja mencerna madu atau beberapa orang yang antusias memberi mereka makan madu. Dalam situasi menyerupai ini mengikuti tindakan ini:
  • Jangan panik: Panik tidak akan membantu. Botulisme tidak menyerang seketika.
  • Bawa bayi ke dokter: Ini yaitu solusi terbaik untuk situasi ini. Bawa bayi ke dokter anak dan ceritakan semua detail - jumlah madu dan ketika beliau mengonsumsinya. Dokter akan menganalisis situasi dan menyarankan tindakan yang tepat.
  • Teruslah mengamati: Begitu pulang ke rumah dari dokter anak, pantau bayi dengan saksama selama satu bulan berikutnya. Dokter kemungkinan besar akan menyarankan hal yang sama. Gejala botulisme bisa muncul hingga 30 hari semenjak menelan spora.
  • Jika ada sesuatu yang salah, kunjungi dokter: Percayalah pada perasaan ibu. Jika ada sesuatu yang salah dengan bayi maka bawa beliau ke dokter lagi.
  • Menyusui tanpa ketinggalan jadwal: Terus menyusui. ASI membantu menginduksi basil usus dan merangsang pertumbuhannya. Sebenarnya, basil usus bayi bisa berkembang dan hanya bisa menggandakan dengan pinjaman gula khusus tertentu yang secara langsung hadir dalam ASI. Ingat, ini yaitu basil yang sama yang mencegah spora clostridium botulinum berkembang biak.

Bayi akan baik-baik saja kalau tidak menunjukkan gejala botulisme hingga 30 hari tapi biarkan dokter memutuskan.

Madu Dalam Berbagai Bentuk Lain

Madu, dalam jumlah kecil, biasanya digunakan dalam makanan yang berarti Ibu bisa menemukan madu dari roti, yogurt, dan bahkan dalam biskuit. Roti dan biskuit mungkin telah mengalami proses pembuatan kudapan manis yang menyeluruh dan yoghurt mungkin telah mengalami pasteurisasi. Sehingga mungkin tampak cukup aman untuk dikonsumsi bayi namun kenyataannya, madu tetap tidak aman untuk bayi.

Air madu, campuran air hangat dan madu, juga tidak aman bagi bayi karena spora basil botulinum bisa bertahan di dalamnya.Suhu tinggi membunuh basil botulinum namun hanya bisa merusak dalam skala kecil bagi spora basil tertentu dan menunggu kondisi tepat untuk kembali berkembang biak.

Bahkan madu  yang dimasak atau madu yang dipanaskan sebelum dikonsumsi tidak menjamin keamanan.

Apakah Sirup Jagung dan Molase Aman untuk Bayi Di bawah usia 12 bulan?

Sirup jagung, dan bahkan tetes tebu, juga mengandung spora ini; Barang-barang ini biasanya TIDAK diproses dan dipasteurisasi. Jika seseorang merekomendasikan sirup jagung untuk mengurangi sembelit, cobalah metode lain (lihat artikel Sembelit Bayi ).

Madu untuk Batuk Bayi

Madu sangat efektif dalam mengendalikan batuk dan dianggap lebih baik daripada sirup batuk untuk bayi di atas usia satu tahun. Penelitian telah menunjukkan bahwa memberi bayi 1,5 sendok teh madu hanya 30 menit sebelum tidur efektif menenangkan batuk kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

baca juga : Manfaat kencur untuk Batuk Bayi

Alergi Madu Pada Bayi

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, si kecil bisa berbagi alergi terhadap madu. Alergi di sini lebih mengacu pada reaksi alergi di antara bayi yang berusia lebih dari 12 bulan dan tidak sama sekali bekerjasama dengan botulisme bayi yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Cara untuk bisa mengidentifikasi alergi terhadap madu melalui gejala alergi makanan klasik.
  • Bengkak di verbal dan tenggorokan: Pembengkakan akan terkonsentrasi pada bibir dan otot tenggorokan lateral.
  • Mata abses dengan kemerahan: Kulit di atas kelopak mata episode atas akan abses dengan kemerahan pada mata.
  • Gatal-gatal kulit: Gundukan merah atau ruam yang bisa menyebabkan gatal ringan hingga berat. 
  • Hidung kongesti: Ini akan disertai dengan kemerahan dan gatal hidung disertai dengan debit yang terang dari itu.
  • Nyeri perut: Rasa sakit bisa disertai dengan diare, muntah dan mual.
  • Napas tersengal: Terdengar bunyi mengi ketika bernapas dan sesak napas secara umum bahkan ketika istirahat.
  • Kegelisahan dan kegelisahan: Akan terjadi kegelisahan yang tiba-tiba, dan kegelisahan dengan detak jantung yang meningkat.
  • Demam: Kenaikan suhu badan seiring dengan gejala yang disebutkan di atas.

Kondisi alergi parah disebut anafilaksis, yang menampilkan gejala alergi namun dengan intensitas majemuk. Anafilaksis karena madu jarang terjadi dan biasanya terjadi karena adanya serbuk sari pada madu dan bukan madu itu sendiri. Kendati demikian, amati bayi ketika memberinya madu untuk pertama kalinya setelaumur setahun.

Madu itu baik untuk kesehatan tapi selama si kecil sudah berumur lebih dari lebih renta dari 12 bulan. Botulisme bayi sangat serius dan dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kesehatan bayi.


Sumber http://www.makananbayi-sehat.com/2013/05/menu-makanan-bayi-rumahan-sesuai-umur.html